ozie_smanpa blog
Jumat, 09 Januari 2009
penyakit mematikan

Ia dijuluki ilmuwan wanita paling mematikan, karena memproduksi senjata
biologi yang cukup untuk membunuh seluruh penduduk di muka bumi, lebih
dari dua kali..! Inilah salah satu alasan utama yang mendorong Amerika
Serikat mengobarkan perang dengan Irak.



Dr. Rihab Taha, yang dikenal oleh tim pengawas senjata PBB sebagai "Dr
Germ", karena pekerjaannya yang mengerikan di bidang senjata biologi.
Amerika dan sekutunya bahkan menganggap ilmuwan wanita ini sebagai
ancaman terbesar sejak berakhirnya perang dingin. Ancaman yang harus
dilenyapkan dengan taruhan apa pun.





Kisah tentang "Dr Germ" ini berawal pada 1979, ketika Taha berangkat ke
Inggris untuk belajar di bidang plant toxins. Ia akhirnya meraih gelar
PhD dari the University Of East Anglia di Norwich, dimana ia belajar
biologi secara serius, dan terfokus pada bidang penularan penyakit.



Banyak kalangan di Inggris --tempat dimana Dr. Taha mendapatkan
keahliannya-- terkejut ketika ia kemudian menjadi ancaman bagi seluruh
penduduk di Bumi. "Ini sama seperti ketika mendapati anak perempuan
kita melakukan sesuatu yang mengerikan," kata Dr. John Turner, mantan
pimpinan the university’s biology departement, yang pernah mengajar Dr.
Taha selama 4 tahun.



"Melihat apa yang dilakukan Taha sekarang, sangat mengejutkan saya.
Dari semua mahasiswa yang pernah saya didik, dialah orang terakhir yang
saya duga mampu melakukan hal-hal mengerikan seperti itu, " lanjut Dr.
Turner.



Teman-teman sekelasnya menyetujui pendapat tersebut. Tak seorang pun
percaya, teman mereka yang dulu sangat pendiam, dan pemalu di kampus,
sanggup melakukan hal yang sangat mengerikan. Tetapi, salah seorang
anggota tim pengawas senjata PBB berujar Dr. Taha, jenis orang yang
sangat ahli dalam bertipu muslihat, kesan pemalu itu hanya kedok dari
kepribadiannya yang sesungguhnya.



"Kalau melihat sepintas, dia sosok yang sederhana, tidak banyak lagak.
Tak seorang pun mengira dia adalah pimpinan program senjata kuman
Irak," kata Dr. David Huxsoll, yang pertama kali memimpin Tim Inspeksi
Senjata PBB, setelah Perang Teluk 1991.



Entah benar, entah tidak, ketika Tim Pengawas Senjata PBB mengajukan
sejumlah pertanyaan, Dr. Taha yang sangat lembut hati dan tulus itu,
pada saat yang sama bisa meledak dalam kemarahan, berteriak-teriak dan
melempar kursi. Namun, Tim PBB yang terlibat dalam kejadian tersebut,
berujar itu hanyalah taktik Dr. Taha untuk mengacaukan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.



Namun, dari pemeriksaan lanjutan, kisah mengerikan "Dr. Germ" mulai
terbuka. Menurut para penyelidik, sesudah Dr. Taha kembali ke Irak,
Saddam Hussein segera memerintahkannya memimpin program pengembangan
senjata kuman. Program ini sengaja dikembangkan untuk menghadapi
musuh-musuh pemerintah Irak. Senjata ini, sanggup membunuh jutaan
manusia, tanpa perlu pengetahun teknis tinggi, dan biaya sangat mahal,
seperti halnya mengembangkan bom atom.



Misi ini mendapat dukungan sepenuhnya dari pemerintah Irak. Senjata
ini, menurut rencana digunakan untuk mengambil alih negara-negara
seperti Kuwait, dan mengganyang musuh-musuh di dalam negeri. Saddam,
bahkan dikabarkan, pernah menghukum mati empat ilmuwan sebelumnya,
karena mereka tidak membuat kemajuan berarti dalam pengembangan senjata
biologi.





Laboratorium rahasia di Salman Pak dikabarkan menjadi tempat paling
mengerikan. Di sanalah Dr. Taha dan timnya --terdiri dari 100 ilmuwan
Irak-- mengembangkan senjata kuman dan bakteri yang paling mematikan.
Senjata yang sanggup memusnahkan setiap manusia di muka bumi.







Informasi tersebut disampaikan mantan pimpinan Tim Pengawas Senjata
Biologi PBB, Richard Spertzel. Menurut perkiraan PBB, Dr. Taha
mengembangkan 8400 liter antrax –yang cukup untuk memusnahkan seluruh
penduduk dunia barat—dan senjata biologi jenis lain. Ia bekerja selama
10 tahun, untuk membuat cadangan senjata biologi terbesar di dunia, di
luar Uni Sovyet (sebelum terpecah).



Ia juga membuat 19.000 liter botulinum, racun yang menyebabkan lidah
membengkak dan membuat korbannya mati lemas. Dr. Taha juga memproduksi
2000 liter aflatoxin, yang mampu menghancurkan sistem kekebalan tubuh
manusia dan mengakibatkan pertumbuhan kanker secara cepat.



Selain itu, Dr. Taha juga mengembangkan ganggren, yang sanggup membuat
kulit manusia mencair dan mengelupas. Ibu dari seorang anak perempuan
berusia delapan tahun ini juga memproduksi virus yang bisa membunuh
bayi-bayi, setelah mereka menderita mencret yang parah.



Tim Inspeksi Senjata PBB pertama, juga menemukan videotapes Dr. Taha
yang merekam uji coba senjata kuman terhadap binatang. Tetapi,
gambar-gambar yang memperlihatkan bintang-binatang itu menggeliat
kesakitan di dalam kotak kaca, tidak pernah dirilis. Namun, Tim
Inspeksi PBB yakin, Dr. Taha bertanggungjawab atas kekejian lain yang
lebih besar.



Ada bukti-bukti kuat, "Dr. Germ" juga mengadakan eksperimen senjata
biologi terhadap manusia. Merujuk laporan pihak militer Israel, Dr.
Taha mengamati dengan aman dibalik sekat yang tebal, ketika jamur
mematikan, bakteri dan virus-virus buatannya diuji cobakan kepada para
tahanan perang Irak, yang diikat di tempat tidur. Fasilitas uji coba
tersebut berada di bawah tanah di daerah Al Hakam.



Dalam eksperimen di alam terbuka, sekelompok manusia, terdiri dari 12
tahanan Irak diikat pada sebuah tonggak, dekat perbatasan Irak dan
Saudi Arabia. Tak lama kemudian bakteri antrax diledakkan ke udara,
hanya beberapa yard jaraknya dari mereka. Para tahanan ini, diberi helm
pengaman untuk menghindarkan mereka dari pecahan peluru meriam,
sehingga efek dari bakteri dan kuman bisa dimonitor dengan baik. Semua
tahanan tersebut meninggal beberapa hari kemudian, akibat penyakit
mematikan.



Tim Pengawas PBB, juga menduga "Dr. Germ" dengan sengaja menyebarkan
penyakit tertentu diantara para tahanan Irak, untuk mengamati efek dari
senjata biologi bila digunakan dalam perang. Para tahanan tersebut
banyak yang menderita kebutaan, pendarahan mata, deman "Crimen Congo",
camel pox dan penyakit mengerikan dimana mereka mati perlahan-lahan,
karena kehilangan darah melalui luka-luka terbuka di kulitnya.





Sayangnya, pemerintah Irak tidak memberikan akses kepada Tim Pengawas
Senjata PBB untuk mengunjungi Abu Gharib, sebuah penjara di dekat
Baghdad. Pemerintah Irak seolah menutupi eksperimen senjata biologi
yang sangat mengerikan terhadap manusia.







Raymond Zilimskas, mantan analis senjata kuman di the Arms Control and
Disarmament Agency mengatakan, "Di Irak kemungkinan besar terjadi
aktivitas uji coba menjijikkan, termasuk eksperimen tidak bermoral
terhadap bintang dan manusia."



Peristiwa horor di Irak tersebut terbuka ketika menantu Saddam Hussein,
Letjen Hussein Kamal Hassan, yang memimpin program senjata rahasia Irak
melarikan diri ke Jordania pada Agustus tahun 1995. Ia mengakui
negerinya memiliki senjata pembunuh massal berupa rudal berhulu ledak
kuman. Pernyataan ini, memaksa Irak --untuk pertama kalinya-- mengakui
bahwa program senjata biologisnya telah memasuki tingkat produksi untuk
tujuan militer. Di antara pengakuan Irak adalah memasang bakteri
biologi pada 166 bom dan 25 rudal balistik tipe "Al Hussein".



Hussein Kamal pula yang memaparkan bagaimana "Dr. Germ" bekerja di
laboratoriumnya. Pernyataan Kamal tentang Dr. Taha yang digambarkannya
bersuara sangat lembut itu, akhirnya memicu penyelidikan lebih intensif
yang kemudian membuka eksperimen mengerikan yang dilakukan ilmuwan
tamatan Inggris itu.



Ketika Tim Pengawas PBB sempat mengkonfrontasi Dr. Taha dengan
bukti-bukti yang cukup kuat, ilmuwan ini mengatakan sangat bangga
terhadap negaranya, juga terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Bahkan
dengan antusias ia mengatakan bahwa kecuali menerbarkan penyakit, ia
juga menemukan obat mujarab bagi penyakit-penyakit mengerikan itu.



"Ia malah tidak ragu-ragu menampilkan diri sebagai otak dibalik senjata
biologi Irak. Ia seolah tidak merasakan kecemasan dunia atas perilaku
buruknya," kata seorang mantan anggota Tim Pengawas Senjata PBB di
Irak.



Sejauh ini, pemerintah Irak tidak mau bekerjasama. Bahkan ketika
diajukan enam laporan berbeda soal bukti-bukti adanya program
pengembangan senjata biologi di negaranya, Irak membantah semua laporan
itu, dan menyebutnya sebagai kebohongan.



Ketika Tim Pengawas Senjata PBB melakukan penggerebekan di sejumlah
tempat yang diduga sebagai laboratorium senjata biologi, mereka setiap
kali menemukan gudang kosong yang tampaknya baru saja dibersihkan
secara terburu-buru, dengan dokumen-dokumen yang masih terbakar di
tempat sampah. "Dr. Germ" dan timnya, agaknya selalu selangkah di depan
tim inspeksi senjata PBB.



Rumor yang beredar menyebutkan, "Dr. Germ" yang cerdik ini adalah istri
simpanan Letjen Amer Rashid, pejabat militer Irak yang ditugaskan
bekerjasama dengan Tim Pengawas Senjata PBB. Itulah sebabnya Rashid
dengan mudah bisa memperingatkan "Dr. Germ" akan adanya penggerebekan
dan memberinya cukup waktu untuk memusnahkan bukti-bukti. Selama
bertahun-tahun, tim PBB mencoba menemukan bukti-bukti kuat keberadaan
senjata biologi mengerikan di Irak, tapi semuanya gagal.



Ada keyakinan lain, cadangan anthrax dalam jumlah besar ini selalu
bergerak dari satu tempat ke tempat lain di Irak. Persediaan senjata
biologi ini disimpan dalam truk yang dilengkapi instalasi pendingin,
dan dikawal secara langsung oleh pengawal-pengawal setia Saddam
Hussein.



Suatu saat, Tim Pengawas Senjata PBB pernah ditahan beberapa jam oleh
serdadu Irak sebelum mereka diijinkan memasuki daerah tertentu. Ketika
akhirnya mereka diijinkan masuk, mereka menemukan laboratorium dalam
keadaan kosong, dan kelihatannya baru saja dibersihkan secara
terburu-buru.





Setelah Tim Inspeksi Senjata PBB pertama keluar dari Irak pada 1997,
keadaan semakin buruk. Saddam Hussein dikabarkan melumpuhkan semua
kamera pengawas dan menyembunyikan semua peralatan produksinya.



Mantan pimpinan Tim Pengawas Senjata Biologi PBB Richard Spertzel,
mengatakan seandainya tidak ada senjata biologi tersisa sedikit pun di
Irak saat ini, tetapi hanya dengan mengubah sejumlah komponen di pabrik
obat yang memproduksi antibiotok, Irak mampu memproduksi anthrax dalam
jumlah sangat besar.



Banyak orang khawatir, dalam empat tahun belakangan --setelah Tim
Inspeksi Senjata PBB pertama meninggalkan Irak-- cukup memberi waktu
bagi Irak memproduksi lebih banyak lagi senjata biologi ketimbang yang
dimiliki sebelumnya. Diperkirakan, Irak saat ini memiliki persediaan 17
ton anthrax.



Pada akhirnya, Amerika Serikat mungkin berperang hanya untuk
melenyapkan satu wanita saja, dialah Dr. Rihab Taha, "Dr. Germ", atau
si "Bug Lady", sebab dialah otak dibalik semua senjata biologi Irak
yang mengerikan ini..!
posted by ozie_smanpa_blog @ 22.06  
0 Comments:

Posting Komentar

<< Home
 
About Me

Name: ozie_smanpa_blog
Home:
About Me:
See my complete profile
Previous Post
Archives
Shoutbox

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus.

Sponsor

ads here!

Links
Powered by

BLOGGER